Majelis Dzikir sholawat Aljailaniyah AlQhoutsiyah “Awas Tipuan Hawa Nafsu”, Kalam Hikmah Edisi Ramadhan

Hawa Nafsu Bisa Menjadi Hal Yang Mendorong Seseorang Untuk Mencapai Kebahagiaan Di Dunia Ataupun Di Akhirat. Namun Hawa Nafsu Juga Bisa Membuat Awal Kerusakan dan Kehancuran Manusia

Pada dasarnya, hawa nafsu bukan hal yang harus dimusnahkan sepenuhnya, seperti halnya rasa marah karena Yang harus dilakukan adalah mengetahui bagaimana cara mengendalikan hawa nafsu tersebut.

Hawa nafsu mengandung aspek positif. Dia mendorong manusia berbuat terbaik: misalnya berkeluarga untuk meneruskan keturunan, mencapai prestasi maksimal dalam berbagai lapangan kehidupan. Dengan bimbingan akal dan kalbunya, manusia dapat menjadi lebih unggul daripada malaikat yang tidak memiliki hawa nafsu yang dapat menggodanya.

Tetapi hawa nafsu yang mengandung aspek negatif, Hawa nafsu yang tidak terkendali dapat mengalahkan pertimbangan akal sehat dan hati nurani. Mereka yang tidak mampu mengendalikan hawa nafsunya terjerumus ke dalam berbagai bentuk angkara murka, baik terhadap dirinya, manusia lain dan alam lingkungan. Hawa nafsu yang tidak terkendali bisa menjadi  sumber ekstremisme, radikalisme dan terorisme.

Dijelaskan juga Dalam Qs Thoha ayat 16, Mengikuti hawa nafsu merupakan sumber kekafiran dan kebinasaan.  ”maka janganlah engkau dipalingkan dari (urusan kiamat) oleh orang yang tidak beriman kepada-Nya dan oleh orang yang mengikuti pada hawa nafsunya sehingga menyebabkan engkau binasa.

Mengikuti hawa nafsu menjadikan manusia lalai. Hal ini dijelaskan dalam Qs Al Kahf ayat 28, “janganlah engkau mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari ingat kepada Allah serta menuruti hawa nafsunya. Mengikuti hawa nafsu akan menghalangi seseorang untuk berbuat adil bahkan menjadi awal kerusakan.

Selama Engkau Bersama Dunia, Engkau Tidak Akan Mengenal Akhirat, Dam Selama Engkau Bersama Akhirat, Maka Engkau Tidak Akan Melihat Allah SWT.

Syekh Abdul Qadir Al-Jailani mengatakan: “Wahai anak muda! Jika engkau ingin bahagia, janganlah engkau mengikuti hawa nafsumu, agar engkau dapat menaati Tuhanmu. Tahanlah nafsumu jangan sampai durhaka kepada-Nya.

Nafsumu adalah penghalang bagimu untuk mengenal Tuhanmu. Sedangkan makhluk merupakan penghalang dalam mengenal Penciptamu ‘Azza wa Jalla. Maka, selama engkau bersama nafsumu, engkau tidak akan mengenal makhluk, dan selama engkau tidak mengenal makhluk, maka engkau tak akan mengenal Khalik.

Baca Juga:  Kalam Hikmah Majlis Aljailaniyah Alqhoutsiyah: Dahsyatnya Membaca Sholawat

Antara pemilik dan yang dimiliki tidak akan berkumpul. Juga antara dunia dan akhirat, keduanya tidak akan bersatu (berkumpul). Maka, begitu pula dengan Khalik dan makhluk, tidak akan berkumpul (bersatu). Nafsu itu memerintahkan kepada kejahatan, ini memang sudah pembawaan. Maka, setelah lama melatihnya, barulah engkau dapat menyuruhnya mengikuti perintah hati. Lawanlah nafsu dalam keadaan apa pun. Allah berfirman, “Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.” (QS asy-syams)

Jinakkan nafsumu itu dengan mujahadah. Sebab, jika ia telah jinak, ia akan patuh kepada hati, kemudian hati pun patuh kepada batin, dan batin tunduk kepada Allah Azza Wa Jalla. Semua memang bersumber dari sana.”

“Nah, bila hal ini merasuk ke dalam diri mereka, maka hawa nafsu mereka meleleh, kedirian mereka hancur lebur dan kebenaran menjadi terang-benderang,” tutur Syaikh Abdul Qadir.
Hawa Nafsu Menebar, Menggoda, Pada Tingkat Syariat Dengan Membuat Berbabagai Penentangan Yaitu Melakukan Maksiat Dohir Maupun Maksiat Bathin. Sementara Di Tingkat Tarekat, Hawa Nafsu Menggoda Dengan Berbagai Tipuan Yang Samar Dan Seolah Olah Sejalan Dengan Syariat, Sperti Mengaku Ngaku Sebagai Nabi Ataupun Sebagai Wali Allah. Sedangkan Pada Tingkat Hakekat, Hawa Nafsu Menghampiri Dengan Kesyirikan Yang Sangat Halus Seperti Mengaku Sebagai Tuhan. ( Shultonul Aulya’Sayyidina Syaekh Abdul Qodir Jailani. RA )

“Hawa Nafsu Dapat Dilawan Dengan Mengamalkan Ajaran Islam yang Bernilai Pahala”

Hawa nafsu merupakan musuh yang paling dekat dan paling sulit dikalahkan manusia, Maka dari itu, Islam memerintahkan umatnya untuk mengendalikan hawa nafsu karena dapat menjadi awal datangnya segala keburukan.Melawan hawa nafsu merupakan titik awal dari ketakwaan. Melawan hawa nafsu bisa dilakukan dengan mempelajari petunjuk agama yang benar. Karena jika tidak mengetahui ajaran agama yang benar, seseorang akan menderita di dunia dan di akhirat.

MARHABAN YA RAMADHAN, SELAMAT MENJALANKAN IBADAH PUASA RAMADHAN 1444 H \ 2023 M

Sabar ketika berpuasa dan dalam kehidupan sehari-hari selanjutnya menciptakan hawa nafsu yang tenang dan damai (al-nafs al-muthma’innah). Inilah hawa nafsu yang telah mendapat berkah cahaya ilahiah sehingga orang bersangkutan selalu berbuat baik pada dirinya, lingkungan, umat dan negara-bangsanya dengan rida Allah SWT (Al-Quran, Surah al-Fajr 27-28).

Baca Juga:  Manusia Yang Husnudzon, Manusia Yang Penuh Harapan. "Berprasangka Baiklah"

Ibadah puasa untuk mencapai derajat takwa hanya bisa tercapai dengan mengalahkan nafsu angkara murka dan hidup dengan sabar. Juga, seperti pesan Nabi Muhammad SAW, mereka yang puasa perlu melakukan ihtisaban—perhitungan dan evaluasi atas puasanya apakah efektif atau tidak mengalahkan nafsu angkara murka. Jika belum, perlu diperbaiki dan disempurnakan.

Hanya dengan begitu, ibadah puasa dapat lebih fungsional dalam berbagai aspek kehidupan. Di sini barulah puasa Ramadan dan ibadah-ibadah lain bisa bukan sekadar kerutinan, tetapi fungsional meningkatkan kualitas keislaman, keindonesiaan dan kemanusiaan.

ALLAH Ta’ala Menguji Hamba Beriman-Nya Menurut Kadar Imannya . Jika Iman Seseorang Kuat, Maka Cobaannya Pun Kuat Karena Setiap Orang Diuji Menurut Kadar Iman Dan Keyakinannya.

 

 

Edisi 9, 2 Ramadhan 1444 H

Oleh, Majelis Dzikir sholawat Aljailaniyah AlQhoutsiyah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!
Phone Pengaduan