Kalam Hikmah Majelis Dzikir Sholawat Aljailaniyah AlQhoutsiyah: 3 Wasiat Syekh Abdul Qodir al-Jilani. RA

Maj

Di dalam surat az-Zumar ayat 9 Allah berfirman:

قُلْ هَلْ يَسْتَوِى الَّذِيْنَ يَعْلَمُوْنَ وَالَّذِيْنَ لَا يَعْلَمُوْنَ ۗ اِنَّمَا يَتَذَكَّرُ اُولُوا الْاَلْبَابِ

“Katakanlah, “Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sebenarnya hanya orang yang berakal sehat yang dapat menerima pelajaran.

Akal secara garis besarnya adalah Otak. Dengan otaknya, manusia dapat berpikir, menerima dan menggali pengetahuan, membedakan yang mana yang baik untuk kehidupannya dan mana yang buruk akibatnya, memikirkan solusi permasalahan hidup yang dihadapi dan sebagainya. Di otak inilah, segala ilmu pengetahuan yang dipelajarinya bersemayam. Dan dengan ilmu pengetahuan ini pula, manusia memiliki keutamaan di bandingkan dengan makhluk yang lainnya.

Ketika Allah Swt menciptakan Adam ‘alaihissalam, Allah mengajarkan ilmu pengetahuan tentang al-asma’ (nama-nama) seluruh ciptaan-Nya, dengan berbagai jenisnya, dan berbagai macam bahasa yang berbeda-beda sebagai bekal bagi Adam untuk mengelola bumi. Hal ini mencerminkan, betapa pentingnya ilmu pengetahuan bagi manusia. Maka, seseorang yang memiliki ilmu pengetahuan yang menghadirkan kemaslahatan bagi umat manusia, Allah Swt akan mengangkat derajatnya. derajatnya. Sebagaimana firman Allah dalam al-Qur’an surat al-Mujadilah ayat 11

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قِيْلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوْا فِى الْمَجٰلِسِ فَافْسَحُوْا يَفْسَحِ اللّٰهُ لَكُمْۚ وَاِذَا قِيْلَ انْشُزُوْا فَانْشُزُوْا يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْۙ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ

“Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Maidah : 11)

Dalam riwayat, “Syekh Abdul Qodir al-Jilani pernah mengatakan ‘kalian haruslah berpegang atas tiga perkara’,”

  1. Menolak Kebodohan Dengan Keilmuan
  2. Menghindari perselisihan dengan mencari titik temu untuk menjaga persatuan dan kesatuan
  3. Memberikan Harta Kepada Fakir Miskin Secara Adil

MENOLAK KEBODOHAN DENGAN KEILMUAN

Hilangkan kebodohan dan diisi dengan ilmu. Jika seseorang bisa menghilangkan kebodohan, maka cahaya ilmu akan datang ke seluruh tubuh. “Ilmu masuk dari mulai kepala, hingga hati kita akan dipenuhi dengan cahaya ilmu tersebut, kedua mata kita akan terjaga dengan cahaya ilmu,

Telinga kita pun akan terpenuhi dengan ilmu, kedua tangan kita akan terjaga dengan cahaya ilmu, kedua kaki kita pun akan dipenuhi oleh ilmu tersebut” Kemudian, ketika cahaya ilmu bertambah dan menjadi besar pada komunitas umat Islam sehingga dapat menyatukannya. “Cahaya ilmu inilah yang bisa memberikan manfaat bagi pemilik ilmu tersebut dhohir dan batin.

“Belajarlah Ilmu, Sesungguhnya Mempelajari Ilmu Adalah Suatu Kebaikan, Mencari Ilmu Adalah Ibadah, Mengingatnya Adalah Tasbih, Membahas Suatu Ilmu Adalah Jihad, Bersungguh-Sungguh Terhadao Ilmu Adalah Pengorbanan, Mengajarkan Ilmu Kepada Orang Yang Tidak Memiliki Pengatahuan Adalah Sedekah”

Ketahuilah, manusia diciptakan dalam keadaan bodoh, tidak mengenal dan tidak tahu apa-apa. Syaikh Muhammad bin Shalih al ‘Utsaimin rahimahullah memberi nasihat bahwa hendaknya niat dalam menuntut ilmu adalah untuk menghilangkan kebodohan yang ada pada diri sendiri maupun orang lain Hal ini karena pada asalnya manusia dilahirkan dalam keadaan bodoh. Allah Ta’ala berfirman,

وَاللّهُ أَخْرَجَكُم مِّن بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لاَ تَعْلَمُونَ شَيْئاً وَجَعَلَ لَكُمُ الْسَّمْعَ وَالأَبْصَارَ وَالأَفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

Artinya: “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun. Dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.”  (An Nahl : 78)

Dalam ayat di atas, selanjutnya Allah menyebutkan tiga nikmat secara khusus yaitu pendengaran, penglihatan, dan hati karena kemuliaan dan keutamaanya. Ketiga hal ini merupakan kunci bagi setiap ilmu. Seorang hamba tidak akan memeperoleh ilmu kecuali melalui salah satu pintu ini.

MENGHINDARI PERSELISIHAN DENGAN MENCARI TITIK TEMU UNTUK MENJAGA PERSATUAN DAN KESATUAN

Menghilangkan perbedaan di antara sesama umat Islam, Menghindari perselisihanatau konflik  hingga menjaga persatuan dan kesatuan merupakan kemuliaan bagi islam, muslim, dan kemuliaan atas agama. “Persamaan yang dibina di dalam masyarakat mendatangkan ketenangan untuk jiwa dan diri kita semua.

Perselisihan/Konflik yang sering kita jumpai berlatar belakang perbedaan klaim kebenaran tafsir agama, hal ini tentu daya rusaknya akan lebih dahsyat lagi, karena agama itu amat berkaitan dengan relung emosi terdalam dan terjauh di dalam jiwa setiap manusia.

Sebagai bangsa yang masyarakatnya amat majemuk, kita sering menyaksikan adanya gesekan sosial akibat perbedaan cara pandang masalah keagamaan. Ini tak ayal dapat mengganggu suasana rukun dan damai yang kita idam-idamkan bersama.

Seperti yang kita ketahui bersama, Di satu sisi, kan ada pemeluk agama yang ekstrem meyakini mutlak kebenaran satu tafsir teks agama, lalu menganggap sesat mereka yang memiliki tafsir yang berbeda dengannya. Di sisi lain, ada juga umat beragama yang esktrem mengabaikan kesucian agama, atau mengorbankan kepercayaan dasar ajaran agamanya atas nama toleransi kepada pemeluk agama lain. Kedua sikap ekstrem ini perlu dimoderasi.

Moderasi beragama adalah tanggungjawab bersama, moderasi beragama adalah untuk mencari titik temu dua kutub ekstrem dalam beragama, Moderasi beragama harus kita jadikan sebagai sarana mewujudkan kemaslahatan kehidupan beragama dan berbangsa yang rukun, harmonis, damai, toleran, serta taat konstitusi, sehingga kita bisa benar-benar menggapai cita-cita bersama menuju Persatuan dan Kesatuan.

Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat (al-Hujurat/49:10)

MEMBERIKAN HARTA KEPADA FAKIR MISKIN SECARA ADIL

Diriwayatkan Abu Hurairah R.A. Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Setiap ruas tulang manusia harus disedekahi setiap hari di saat terbitnya matahari: berbuat adil terhadap dua orang (mendamaikan) adalah sedekah; menolong seseorang naik kendaraannya, membimbingnya, dan mengangkat barang bawaannya adalah sedekah, ucapan yang baik adalah sedekah; Berkata yang baik juga termasuk sedekah. Begitu pula setiap langkah berjalan untuk menunaikan sholat adalah sedekah. Serta menyingkirkan suatu rintangan dari jalan adalah sedekah.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Membiasakan diri untuk berbagi harta yang halal dengan orang-orang yang membutuhkannya, khususnya yatim yang fakir adalah kewajiban yang di perintahkan oleh Allah SWT. “Kalau kita jalankan ketiga wasiat tersebut, pastilah dengan nalar kita yang sehat. Disitulah kita akan merasakan kebahagiaan hidup dunia dan akhirat sebagaimana hakikat daripada kehidupan yang kita inginkan.

Dan pemberian seorang Muslim kepada orang lain secara ikhlas tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu adalah Sedekah atau Shadaqah. Sebagaimana Kalam Allah Dalam firmannya di dalam  Surat An-Nisa Ayat 114 yang artinya :

“Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisik-bisikan mereka, kecuali (bisik-bisikan) orang yang menyuruh bersedekah, atau berbuat kebaikan, atau mendamaikan di antara manusia. Dan siapa yang berbuat demikian dengan maksud mencari keridhoan Allah, tentulah Kami akan memberi kepadanya pahala yang amat besar.”

Membantu atau bersedekah pada kerabat dan fakir miskin termasuk amalan yang mendatangkan pahala besar. Hal ini sebagaimana diterangkan Rasulullah dalam sabdanya: “Bersedekah kepada orang miskin adalah satu sedekah dan kepada kerabat ada dua (kebaikan), sedekah, dan silaturrahim.” (HR At-Tirmidzi)

Di dalam surat itu dijelaskan bahwa bersedekah merupakan upaya menemukan ridho Allah. Sedekah mengundang pahala dan kebaikan bagi pelaksananya.Hukum sedekah dalam Islam ialah sunah atau dianjurkan. Jadi, apabila dikerjakan akan mendatangkan pahala dan kebaikan. Apabila ditinggalkan juga tidak mendatangkan dosa.Namun, sedekah dapat berubah hukumnya menjadi wajib jika seorang muslim telah mampu dan berkecukupan berjumpa dengan orang lain yang kekurangan.

 

Selamat Menyambut Datangnya Ramadhan. Mari kita sambut bulan Ramadhan tahun 1444 H ini dengan hati yang gembira, saling memaafkan antar sesama, dan penuh harap akan rahmat dan maghfirah dari Allah SWT. Mari hidupkan Ramadan kali ini dengan berbagai ibadah, seperti salat Tarawih, Witir, dan Tadarus Al-Qur’an. Kita perkuat persaudaraan antar sesama dengan memperbanyak sedekah, zakat, dan memperbanyak silaturrahim.

Edisi 8, 26 Rajab 1444 H

Oleh, Majelis Dzikir sholawat Aljailaniyah AlQhoutsiyah

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!
PHONE PENGADUAN